“Eh, berapa sih penghasilan kamu sebulan?”
“Eh, sudah punya mobil belum?”
“Eh, rumah kamu berapa?”
“Eh, berapa sih tabungan kamu di bank?”
Dan lain-lain wacana. Banyak sekali dari kita yang beranggapan kalau kesuksesan itu dari harta benda yang dimiliki. Dengan memiliki harta yang berlimpah, misalnya memiliki rumah yang mewah, bukan hanya satu, dua, tiga, bahkan lebih. Mobil yang banyak, dan tabungan yang berlimpah. Itulah yang dipikirkan dari sebagian orang mengenai kesuksesan.
Tapi apa benar kesuksesan demikian? Apa benar kalau dia yang memiliki banyak harta tersebut bahagia? Memang sih, terkadang dia menunjukkan kemewahan, kelihatan banget kalau dia bahagia. Ok pertanyaannya saya ubah. Apakah benar hatinya bahagia?
Perlu diketahui, orang dengan banyak harta belum tentu bahagia. Memang sih dari luar bisa terlihat kalau dia bahagia. Namun apakah benar hatinya juga bahagia. Mungkin hatinya sedang menjerit di dalam sana. Dia menjerit betapa sengsaranya dia, betapa dia kesepian, betapa tidak ada gunanya harta tersebut.
Kadang istilah orang banyak tersebut itu benar, “Banyak harta berarti banyak pikiran,” pikiran tersebut adalah berpikir bagaimana cara mempertahankan harta. Fokus mereka bukan untuk menikmati harta melainkan mempertahankan harta. Hingga akhirnya banyak yang melakukan segala cara untuk mempertahankan harta.
Seharusnya kan kalau banyak harta, maka kita bisa menikmati harta tersebut. Membeli barang yang kita inginkan. Pergi ke kota atau negara lain yang kita inginkan. Kalau bisa pergi menikmati liburan mewah. Namun sebagian orang yang mempunyai harta banyak tidak memikirkan hal demikian.
Jadi, kesuksesan itu tidak selalu mulu mengenai harta. Ada banyak hal yang kita tinjau mengenai kesuksesan, yakni:
1. Kesuksesan berkeluarga
Zaman yang perceraian sudah biasa terlihat, anak yang kekurangan kasih sayang orang tua semakin banyak, dan perselingkuhan sudah menjadi makanan sehari-hari. Bisa dibilang kalau mempertahankan keluarga yang harmonis itu sulit sekali.
Memang, pada awal pernikahan sama-sama menginginkan keluarga yang harmonis. Namun setelah beberapa bulan pernikahan, terlihat sulit untuk mempertahankan hal tersebut. Banyak sekali godaan yang muncul.
Ingin memiliki anak dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Namun pekerjaan yang sibuk membuat waktu untuk anak menjadi sulit. Pikiran untuk memberi kasih sayang semakin teralihkan. Bukan lagi kasih sayang yang dipikirkan tapi bagaimana caranya anak bergelimpangan harta. Anak memang butuh harta tapi lebih membutuhkan kasih sayang.
Baik untuk keluarga menengah ke atas ataupun menengah ke bawah, banyak sekali kita lihat keluarga yang tidak harmonis. Pertengkaran suami istri selalu saja terjadi. Anak yang tidak betah bila berada di dalam rumah. Baginya rumah tersebut bagaikan neraka.
Keluarga harmonis adalah keluarga dambaan bagi semua orang. Meskipun keluarga tersebut sederhana, namun kalau harmonis akan tampak indah. Di rumah bagaikan surga dunia. Tidak ada kenikmatan selain berada di dalam rumah. Apalagi kalau keluarga tersebut menengah ke atas namun sang orang tua lebih memprioritaskan keluarga daripada harta.
2. Kesuksesan mempertahankan cinta
Hingga akhirnya dia gelap mata. Melihat perempuan lain lebih cantik dan lebih menggoda daripada istrinya. Selingkuh? Mungkin hal tersebut adalah perbuatan yang tidak baik, namun banyak yang melakukannya.
Semakin banyak harta maka godaan untuk selingkuh semakin besar. Karena siapa sih yang tidak ingin harta banyak? Banyak sekali orang jahat di luar sana yang ingin mengambil harta. Perselingkuhan adalah salah satu contoh nyata untuk merongrong harta. Atau … siapa yang tidak ingin punya pasangan kaya? Banyak orang hanya melihat kekayaan seseorang saja tanpa melihat perjuangannya.
Hingga akhirnya, si pria lebih memilih perempuan lain yang datang di saat dia kaya dan meninggalkan istrinya yang selalu mendukungnya di saat dia susah.
Kalau diperhatikan sekarang ini, sangat sedikit pasangan yang berhasil mempertahankan cinta mereka. Cinta itu adalah perasaan yang menyenangkan. Bersama bagaikan hidup indah selamanya. Sedikit sekali yang mengalami hal tersebut.
3. Kesuksesan mendidik anak
Apakah mendidik anak hanya dilakukan oleh guru saja? Apakah pendidikan anak hanya ada di sekolah saja? Kalau anak tersebut pendidikannya rendah, apakah seratus persen yang disalahkan guru?
Sebenarnya tidak! Guru hanyalah aktor kedua dalam mendidik anak. Aktor utama dalam mendidik anak adalah orang tua. Dan hal ini banyak yang telah melupakan hal tersebut. Banyak yang beranggapan kalau masalah pendidikan anak, tugasnya adalah guru. Bahkan! Sampai memperbaiki sikap anak adalah tugas guru sepenuhnya.
Nyatanya, banyak sekali anak yang perilakunya bisa dikatakan buruk karena kurang kasih sayang orang tuanya. Selain itu, banyak banget anak yang tidak mengikuti jejak orang tuanya. Orang tuanya mampu menjadi orang kaya, sang anak sulit sekali menyaingi orang tuanya.
Dan yang lebih parah, banyak sekali anak yang berbuat tidak baik malah orang tuanya menuduh guru yang bersalah.
Anak dari kecil meniru orang tuanya. Kalau sang orang tua sering sekali bertengkar, lama-kelamaan sifat anak akan menjadi keras. Kalau orang tua harmonis, menanamkan nilai-nilai baik pada anak, anak akan menjadi pribadi yang baik.
Pembelajaran di sekolah bukan hanya seratus persen dibebankan kepada guru. Namun orang tua juga turut ikut serta dalam pembelajaran anak. Memang ada orang tua yang tidak sempat memberikan pembelajaran kepada anak. Apa salahnya memberinya semangat untuk terus belajar? Memberikan motivasi kepada anak? Hal itu sudah lebih dari cukup bagi anak.
4. Kesuksesan mempertahankan iman
Iman manusia tidak seperti malaikat yang datar saja kepada kebaikan. Iman manusia bergerak ke atas dan ke bawah. Memang, manusia itu tidak luput dari kesalahan. Tapi jangan sampai melakukan kesalahan yang disengaja.
Mempertahankan iman sangat sulit. Cobaan dunia begitu berat untuk dijalankan, namun cobaan tersebut datang karena kita mampu menghadapi cobaan tersebut.
Misalnya untuk berlaku jujur. Eh, tidak tahunya di kantor tempat bekerja, lebih banyak orang tidak jujur daripada jujur. Malah orang jujur diusahakan dijatuhkan. Inilah cobaan yang sangat berat, apakah terus mempertahankan sifat jujur atau ikut-ikutan menjadi orang tidak jujur.
Di sekolah nilai begitu dijunjung tinggi. Banyak sekali teman yang mencontek untuk mendapatkan nilai tinggi. Apakah kita ikut dalam kegiatan contek mencontek tersebut atau tidak?
Dengan iman yang baik maka ketenangan hati didapat. Inilah ketenangan yang sulit sekali dijumpai di dunia ini. Kalau dipikir-pikir, kenapa orang kaya banyak yang mengaku hidupnya tidak menyenangkan? Hal tersebut karena hatinya tidak tenang. Dia melakukan segala cara untuk menemukan ketenangan hati, namun tidak dapat.
Penutup
Kekayaan cukup, keluarga harmonis, anak yang berperilaku baik serta membanggakan orang tua, dan terus-menerus berusaha menjadi orang yang lebih baik, mendapatkan ketenangan hati, itulah arti kesuksesan seutuhnya.
Demikianlah Artikel Apakah Kesuksesan Dilihat dari Harta Saja?
Anda sekarang membaca artikel Apakah Kesuksesan Dilihat dari Harta Saja? dengan alamat link https://jdsdailyread.blogspot.com/2018/03/apakah-kesuksesan-dilihat-dari-harta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar